Aku Hatiku Pemikiranku dan Keadaan
Aku Hatiku Pemikiranku dan Keadaan
Cerpen Karangan: Wegga Perkasa EddyviarKategori: Cerpen Pengalaman Pribadi
Lolos moderasi pada: 29 April 2019 Malam ini sungguh syahdu aku duduk berdua manja bersama alat ketik canggihku. lampu tidur yang redup diiringi lagu yang mendayu-dayu. Seperti biasanya hatiku dan pemikiranku selalu saja beradu, mereka bagai ombak di laut yang terus berkejaran saling mendahului menunju pantai. Hatiku yang halus terus tergesek oleh pemikiranku yang tampak terus memaksa. Tapi kelembutan hati ini terus buat pemikiranku terpana. Mereka hendak beradu tentang apa yang akan diperbuatku esok hari.
Yaa mereka selalu saja begitu, aku ini adalah seorang pengangguran, hatiku terus membahas tentang kebodohanku saat aku putuskan untuk keluar dari perkerjaan bulan lalu. Pemikiranku terus mendesak bahwa keputusan itu sangatlah tepat, “buat apa terus bekerja di tempat itu?” sejenak mereka bisa diam saat aku melakukan sesuatu, tapi setelah sesuatu itu selesai mereka kembali beradu di dalam aku yang sudah mulai tambun.
Aku putuskan untuk bermain main dengan smartphoneku, saat itu aku melihat mereka teman-temanku yang terlebih dahulu berhasil. Sedangkan aku? Lagi-lagi hati dan pikirku beradu argumen. Penyesalan dan pembelaan diri terus terngiang-ngiang di kepalaku. jika saja aku bisa mengatur dua raksasa di dalamku ini…
Aku pun terbawa dengan gambaran mereka, aku hatiku dan pikirku akhirnya bersatu padu membentuk suasana indah di masa depan. Kami bertiga saling bersaut halus memberikan ide-ide manis. “bagaimana kalau punya dua anak?” kata hatiku menawarkan. “ehmm… yaa boleh tapi aku mau kalau kita punya mobil berwarna hitam” sahut pikirku, “bukannya lebih baik kalau mobil berwarna biru?” timpal hatiku. “sudah.. sudah.. bagaimana kalo keduanya?” usulku kepada hati dan pikirku. “hahaha” tawa kita terpancar dari senyum di bibirku.
Tapi suasana ini pun berubah saat pikirku berkata “bagaimana cara kita menggapainya?” kita bertiga terdiam senyum di bibirkupun berubah aku tertunduk malu pada nasibku.
Komentar
Posting Komentar