Terimakasih Untukmu

Terimakasih Untukmu

Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Islami
Lolos moderasi pada: 3 May 2019 Pagi yang sejuk. Udara masih terasa dingin. Bahkan embun masih bertebaran di setiap ruang udara. Jam menunjukkan pukul 05:45 wib. Aku pun memohon restu kedua orangtuaku dan bergegas berangkat. Sampai di sekolah parkiran ternyata masih sepi tak berpenghuni. Aku menuju lorong sekolah untuk cek lock dan melangkahkan kakiku ke masjid sekolah. Seperti biasa. Aku sholat dhuha dan beberapa aktifitas lainnya. Kemudian aku kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran seperti anak-anak sekolah pada umumnya.
Oh iya. Namaku sekar sari. Aku biasa dipanggil sekar. Aku sekarang duduk di bangku kelas xi ips 1. Jarak antara rumah dan sekolahku sekitar 15 km.
Seperti biasa. Aku pulang lebih telat dari teman-temanku. Aku menunggu parkir sepi dan baru beranjak untuk pulang. Tapi kali ini. Aku labih memilih untuk pulang lebih cepat. Karena ada yang harus aku kerjakan di rumah.
Sampai di parkir tak sengaja aku menubruk sosok lelaki. Dia adalah kakak kelas dari kelas xii ipa 5. Dengan gemetar aku meminta maaf atas kesalahanku. Tapi dia tak menghiraukan. Dia langsung enyah dari hadapanku. Aku tak tau siapa nama aslinya. Tapi dia biasa dipanggil dengan sebutan pupung. Sosok jutek dingin tapi dialah typeku. Dia manis. Rajin ibadah. Tapi. Ah sudahlah. Aku langsung menuju motorku dan bergegas pulang.
Hari ini guru-guru rapat. Aku dan teman-teman dipulangkan lebih cepat. Aku menyusuri kelas-kelas dan sampai di lorong untuk cek lock. Aku tak bergegas pulang. Aku duduk di lorong untuk bermain ponselku. Semakin lama sekolah semakin sepi. Kuletakkan ponselku ke dalam tas dan beranjak dari tempat dudukku. Tapi tiba-tiba ada yang memanggilku. Aku menoleh. Dan dia adalah orang yang kutabrak waktu itu. Ya. Mas pupung.
“Sekar. Kamu sekar kan?” tanyanya. “Iya. Ada apa ya? Oh maaf soal kejadian beberapa hari lalu.” jawabku. Aku terus menundukkan kepalaku seperti saat kejadian itu berlangsung. Karena aku sempat menyukainya. “Gapapa. Kok belum pulang?” tanyanya lagi kemudian duduk di bangku lorong. “Ini baru mau pulang. Maaf. Saya permisi dulu. Assalamu’alaikum” jawabku kemudian bernjak pergi. “Wa’alaikumussalam” jawabnya.
Sampai di parkir aku meneguhkan hatiku. Ada apa ini? Apakah aku jatuh cinta lagi? Ah tidak sekar. Kamu sidah sering terluka karena pria. Tapi tiba-tiba mas pupung mengikutiku. Dia mencoba berkenalan denganku. “Namaku mahardika tapi aku biasa dipanggil pupung. Gak tau kenapa temen-temen suka manggil gitu. Oh iya. Kamu masih pacaran sama mas iyan ya?” tanyanya di parkiran. Yang kebetulan saat itu motorku dengannya bersanding. Aku gemetar. Aku bingung kenapa dia mau bucara denganku. Dan kenapa dia kenalan tanpa mengulurkan tangannya. Apa mungkin dia tau kalau aku tidak suka bersentuhan dengan laki-laki? Tapi tau darimana? Atau memang dia juga bersikap begitu? Ah sudahlah. “Namaku sekar sari. Aku ndak pacaran. Dulu cuma komitmen. Dan aku gak bisa jaga dia. Jadi. Akhirnya dia berhenti mencintai saya. Ada apa ya?” jawabku. Seketika mukanya memerah. Senyum simpul di bibirnya mengembang. Ada apa ya? “Oh begitu? Oke sampai jumpa besok. Aku pulang dulu.” dia kemudian mengendarai motornya.
2 minggu sudah aku tidak bertemu dengannya. Aku menghindari dia. Sahabat-sahabatku telah tau soal kejadian di parkiran. Mereka jadi salting dan berharap aku bisa jadian sama mas mahardika. Tapi aku tak bisa menyakiti hati laki-laki lagi. Aku orang egois. Cerewet. Dan sikap kanak-kanakku takkan pernah hilang.
Hari ini hari jumat. Ada extra wajib kti untuk kelas xi. Aku dibimbing kti di aula. Aula tempatnya di gedung lantai 2. Seusai kti tepat pukul 15:00 wib. Aku tak segera pulang. Aku memilih melihat adik-adik kelas yang dibimbing pramuka dari atas aula. Adik kelas pun pulang. Kini aku sendiri. Melihat matahari yang mulai terbenam. Aku beranjak turun. Dan ternyata ada yang menungguku di parkiran. Ya. Dia mas pupung. Dia mengungkapkan isi hatinya. Tapi aku menolak. Aku menceritakan segala kekuranganku dan kejadian di masalaluku. Dia memaklumi dan akan membimbingku. Dia berjanji kepada tuhan. Tapi aku berkata kalau aku masih menyayangi mas iyan. Dan aku menangis dan kemudian pulang.
Sinar mentari berhasil masuk ke dalam bilik-bilik kamarku. Aku yang telah rapi dengan kaos teaterku beranjak menuju sekolah untuk mengajar adik-adik latihan teater. Usai latihan teater aku tak segera pulang. Teman-temanku mengajakku untuk berbincang sejenak mengenai pasangan masing-masing. Aku hanya tersenyum mendengar kisah mereka. Bagaimanapun juga aku sudah trauma akan semua hal itu.
Tiba-tiba mas mahardika mengejutkanku dari belakangku. Dan dia kembali memintaku untuk berkomitmen dengannya. Aku menjawab aku tidak bisa. Tapi dia memaksa. Dia bilang “Yakinlah. Kamu akan bisa move on dari mantan komitmenmu. Dan buat apa sih memperjuangkan perasaan itu sendiri? Dia udah benar-benar gak mau sama kamu dik”. Aku menangis. Semua teman-teman teater bilang. “Terima aja sekar. Atau kamu akan nyesel”. Aku akhirnya menjawab “Kasih aku waktu. Aku akan tanya ke mas iyan. Kalo dia mau balikan sama aku. Tolong ikhlaskan. Tapi jika tidak. Aku akan nerima kamu mas”. Aku menangis dan berlari menuju motorku. Sebelum aku sempat ngegas. Aku menatap mas pupung dari jauh. Dia tidak sedih. Dia malah tersenyum dan mengangguk. Seakan semua akan baik-baik saja sesuai apa yang aku harapkan.
Malam ini aku menghubungi mas iyan. Dia yang sekarang sedang berjuang keras meniti ilmu di madura. Aku beranikan jari ini mengetik. Akhirnya aku menanyakan langsung tujuanku menghunginya. Tapi dia benar-benar tidak bisa kembali bersamaku. Dia kini telah bahagia dengan orang lain. Dengan temanku sendiri. Hari senin pun tiba. Saat dimana aku jadi petugas upacara. Karena senin ini adalah bagian kelasku untuk jadi petugas. Seusai upacara aku langsung berlari ganti baju dan memilih untuk tinggal di kelas hingga pulang sekolah.
Bel berbunyi. Tanda pulang sekolah. Aku masih tinggal di bangkuku. Aku takut keluar kelas. Aku menunggu sekolah sampai benar-benar sepi. Akhirnya aku pun pulang tepat jam setengah 4. Ternyata dugaanku benar. Mas pupung menungguku di parkiran. Dia menanyakan jawabanku. Seketika juga pipiku memerah. Dahiku berkerut dan air mataku meluap. Aku menangis sejadi-jadinya. Dia pun tanpa menyentuhku mengusap air mataku dengan tisu di tangannya. Suatu hal yang indah menurutku. Kemudian ia berkata. “Dik. Gak usah nangis. Ada aku. Yang akan membimbingmu. Aku janji tak akan menyentuhmu atau bahkan memelukmu. Aku juga tak akan memanggilmu sayang seperti para mantanmu. Karena selain kamu tidak suka. Allah juga tak suka. Kamu khumairahku. Jangan menangis ya. Kita sama-sama menuju jannah allah”. Akhirnya aku pun menerimanya.
Sudah 1 tahun kami menjalin komitmen. Dan alhamdulillah. Memang benar. Mas pupung tak pernah selingkuh. Atau memanggilku sayang. Dia tak pernah menyentuhku. Kecuali darurat. Apalagi memelukku. Karena itu akan menghancurkan komitmen. Dan kami saling membimbing satu sama lain. Aku semakin dewasa aku tak pernah lagi egois. Aku juga tak pernah lagi memutus hubungan ketika pms. Aku tak pernah seperti anak kecil lagi. Semua itu berkat mas pupung. Terimakasih untukmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membantu Kesusahan Orang Maka Kesusahan Kita Akan Terangkat

Cerita Rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih

Cerita Rakyat La Moelu