The Crazy Boy (Part 5) Special
The Crazy Boy (Part 5) Special
Cerpen Karangan: Herlisa CikisKategori: Cerpen Cinta Romantis, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 29 April 2019 Suara hati Mars, si ninja gila
Aku memang bodoh, memperlakukannya sekasar itu. Aku lupa bahwa wanita suka dipuji dan diberi perhatian lebih, dan mereka suka disaat laki-laki memperlakukan mereka dengan lembut. tapi aku tidak melakukannya kepada Angel… My Angle.
Aku selalu mengejeknya dan meneriakinya seenakku, membuatnya kesal setiap saat, mengganggunya dan terus mengganggunya. Tapi begitulah aku. Aku tidak tau cara memperlakukan perempuan yang amat sangat kusayangi seperti kebanyakan pria. Aku mencintainya dengan caraku sendiri.
Dan ternyata dia gadis yang penyabar. Aku memperlakukannya dengan kasar, aku sering menyakitinya. Tapi tetap saja dia tidak pernah mau meninggalkanku. Dia rela mempertahan diriku di depan laki-laki yang selama ini diimpikannya, laki-laki yang benar-benar berada di list paling atas dalam kriteria pria impiannya.
Tapi setelah itu, setelah semua pesakitan itu dia masih datang padaku dan meminta maaf. Oh ya Tuhan… aku benar-benar benci pada diriku sendiri. Aku menjebaknya ke dalam situasi yang sama sekali tidak ingin dia alami.. aku menariknya ke sisiku, menariknya dengan paksa.
Itu semua karena aku sudah tidak bisa lagi bersikap lembut. aku sudah seringkali mencintai, mencintai dan terus mencintai. Mencintai dan tanpa dicintai.
Aku takut kali ini pun akan sama.. Cuma aku yang mencintainya.. dia tidak mencintaiku.
Dan aku paling paling takut kalau ketakutanku itu menjadi kenyataan.
Mereka mungkin tergila-gila padaku.. para gadis yang meneriaki namaku dengan histeris dan memandangku dengan wajah berseri-seri.
Dan juga teman-temanku yang tertawa palsu saat bersamaku.
Aku tau..
Aku tau semua itu
Tidak ada ketulusan di sana, tidak setitik pun. Tak ada yang memandangku apa adanya.
Mereka semua hanya memandang kondisi fisikku, harta yang kupunya, dan kepopuleranku. Hanya itu.
Tapi Angel… ada kilat yang berbeda di matanya. Dia tidak mengakuiku saat jelas-jelas semua orang berebut tempat ingin menggantikan posisinya. Tidak bersikap sok manis dan lembut, apa adanya.. dan aku suka itu.
Aku kembali mengingat rencana licik spontan saat aku pertama kali bertemu dengannya.
Saat itu aku sedang mengendarai motor ninja kesayanganku. Aku mengendarainya dengan tatapan nyalang, pikiranku kosong.. dan kalut.
Tapi tiba-tiba aku melihat seorang gadis mungil yang hendak menyeberangi jalan sambil mengguncang-guncangkan tubuhnya, kesal karena kendaraan yang berlalu lalang tidak kunjung reda. Sesekali dia mengangkat tangan kirinya, melirik arloji yang terpasang di sana hanya untuk menepuk jidat sambil meringis.
Lucu sekali. Dia pasti takut telat.
Kulihat dia memakai seragam SMA yang sama denganku. Ah, pasti aku akan satu sekolah dengannya.
Dia mulai menerobos jalan dengan langkah yang dipercepat. Memang ada beberapa mobil yang terlihat masih cukup jauh dari jarak gadis itu. Tapi dia tidak menyadari motorku yang semakin mendekat ke arahnya.
Bodoh. Aku tidak sempat mengerem karena terlalu sibuk memperhatikan gadis itu. Aku menghindarinya sebisa mungkin.. dan akhirnya berhasil.
Berhasil membuat diriku menjadi korbannya. Aku terlempar cukup jauh dengan masih memegangi kemudi motorku yang menggesek aspal dengan sadisnya.
Ya Tuhaan!! Ban motornya lepas. Dan banyak goresan dimana-mana.
Ini benda kesayanganku dan aku merusaknya dengan tingkah norakku. Yah karena aku punya harga diri yang cukup tinggi, aku tidak mau malu sendiri oleh orang-orang yang saat ini tengah memandangku keheranan sambil berbisik-bisik seperti ular. Jadi aku melangkah ke arah gadis itu yang juga tengah terpaku melihat insiden tadi, aku mendekatinya dengan wajah yang ditekuk, sebal karena orang-orang masih saja menatapku, menatap setiap gerak-gerikku.
Dan sampailah aku di depan wajahnya.
Sesuai perkiraanku, dia pendek dan mungil, tubuhnya tampak begitu rapuh. Untuk sejenak aku memperhatikan wajahnya.
Wajahnya bulat seperti telur, dagunya sedikit lancip dan pipinya benar-benar seperti bakpao dengan gurat kemerah-merahan seperti bayi. Imut sekali.
Hidungnya kecil dan tidak terlalu mancung. Kelopak matanya mempunyai dua lipatan dengan bulu mata pendek tapi lentik, sangat lentik.
Bibirnya kecil dan penuh, merah dan mengkilap, menggoda sekali seperti buah apel merah yang merekah.
Rambutnya menjuntai panjang, berkibaran ditiup angin pagi. Warnanya hitam legam tanpa poni. Memperlihatkan dahi jenjangnya yang mulus. Di atas kedua pelipisnya ada gumpalan rambut yang jatuh, rambut kriuk-kriuk yang tampak tebal.
Aku menyadari aku harus cepat-cepat berbuat sesuatu, maafkan aku gadis manis, aku harus berbagi rasa malu ini denganmu.
“HEY! CEWEK GILA! KAMU MAU MATI YA, HAH!! KALAU SUDAH TIDAK MAU HIDUP, SANA LOMPAT DARI GUNUNG EVEREST! NGAPAIN NGAJAK-NGAJAK ORANG SEGALA!!” aku berteriak keras sekali di depan wajahnya, dia tersentak dan mundur satu langkah dariku. Aku pasti sudah tidak waras meneriaki gadis polos seperti dia. Apalagi di depan banyak orang begini, dia pasti akan sangat malu nantinya.
Dia kaget. Wajahnya tampak memerah dan mulutnya sedikit mengaga, bingung dengan perlakuan spontanku barusan.
“SEKARANG PURA-PURA TIDAK TAHU HAH!!” teriakku lagi, tak kalah kerasnya.
“Kau tidak lihat keadaan motorku?” aku menunjuk ke arah motorku yang sudah tergeletak tragis di tengah jalan. Dia mengikuti arah telunjukku dan memandangi motorku, beberapa saat kemudian, ia mengernyit. Terlihat prihatin dengan kondisi motor itu yang sudah kehilangan salah satu bannya.
“Dan lihat keadaanku!” aku mencoba menarik perhatiannya, berharap dia akan tertarik padaku dengan modal yang kumiliki karena kurasa aku cukup tampan dan keren untuk membuat gadis-gadis sepertinya jatuh pingsan.
Dia menelusuri bagian tubuhku satu persatu, aku mengamati ekspresinya. Tidak ada yang istimewa di wajah mulusnya itu. Dia hanya meringis sedikit saat melihat sobekan yang cukup lebar di celana bagian lututku. Ah, aku baru sadar kalau lututku cedera.
Saat akhirnya pandangannya sampai ke bola mataku, aku terhanyut saat mata kami bertemu pandang. Matanya bersinar.. sinar yang tak pernah kulihat di mata siapapun.
Bahkan di mata orangtua kandung dan orangtua angkatku. Mereka sama saja, menganggapku sebagai jimat keberuntungan, hanya itu.
Aku punya kehidupan keluarga yang pelik. Dimulai dari orangtua kandungku yang menyerahkan diriku ke keluarga lain hanya untuk sebongkah materi dan aku dilepaskan begitu saja.
Lalu aku masuk ke rumah megah itu dan tiba-tiba saja diangkat menjadi putra mahkota. Karena mereka tidak punya anak dan mereka menganggapku sebagai pembawa keberuntungan mereka, karena semenjak aku datang ke rumah itu.. bisnis mereka menjadi semakin lancar dan mudah.
Dan jadilah aku. Mars Haruke yang bersinar terang bagaikan bintang di langit malam. Semua orang memujaku, mengatakan bahwa mereka menyukaiku, mencintaiku.. tapi hanya palsu.
Ayah dan ibu angkatku jarang meluangkan waktu untukku, hanya sesekali menanyakan kabarku lewat telepon karena sibuk dengan urusan masing-masing. Mereka hanya membanjiri hari-hariku dengan uang.
Kesepian.. pengap… dan muak.
Muak kepada mereka yang terus-terusan mengagung-agungkan diriku layaknya dewa. Aku semakin yakin atas ketidaktulusan mereka saat aku melakukan sedikit uji coba untuk memastikan apakah mereka benar-benar tulus atau tidak. Dan eksperimenku jelas-jelas mendukung anggapanku selama ini.
Aku tersentak dan menyadari gadis ini agak sedikit limbung, mungkin dia terlalu kaget dengan teriakan-teriakanku. Aku mencoba menyadarkannya kembali.
“Sudah puas? Kau harus tanggung jawabb!!”
“A..aku…aku” akhirnya dia bersuara juga. Suaranya benar-benar renyah dan lembut, menggelitik sampai ke bagian terdalam telingaku.
“Kau tadi menyeberang seperti unta, aku sudah pip pip berapa kali dan kau tidak mendengarku dan akhirnya begini, aku hampir saja kehilangan nyawaku. Kau lihat motor itu kan?! Itu rusak parah dan aku tidak bisa memakainya lagi. Itu mahal tau, mahal sangat mahal!” aku jelas berbohong, aku kan tidak sempat membunyikan klakson tadi. Dan satu-satunya perilaku tercela yang selalu kuhindari akhirnya keluar dari mulutku. Aku menyombongkan tentang kemewahan yang kupunya. Benar-benar bukan style-ku.
“Ok ok, aku akan ganti rugi!” kelihatannya dia mulai kesal, dia memainkan alisnya yang tampak sangat menggemaskan.
“Kita selesaikan nanti ya, aku udah telat abiss nihh” hey… dia mau pergi? Tidak, aku tidak boleh kehilangannya kali ini.
“Kau pikir mau kemana… setelah berbuat kriminal sekarang kau mau kabur, hah!!” ya Tuhan, kasar sekali aku.
“Aku tidak kabur! Aku telat nihh…” jawabnya dengan wajah memelas.
“Aku tidak mau tau, harus ganti rugi sekarang. Lima juta” dia kaget tentunya. Yah.. aku tahu lima juta itu amat berat untuk anak sekolahan seperti dia tapi bagiku itu sangatlah kecil karena aku mempunyai persediaan uang yang banyak dari ayah dan ibu angkatku. Tapi aku ingin menahannya. Aku tidak ingin debaran jantung yang aneh ini menghilang bersamanya.
“Ya ampun, itu bukan salahku sepenuhnya, kamunya aja yang tadi balap-balapan aku kan cuma nyeberang doang. Lagipula aku udah telat nih, aku akan ganti nanti”
“Kamu pikir aku kambing, bisa dibodohin begitu. Kamu pasti mau kabur dan nggak mau tanggung jawab!”
“Nggak akan!”
“pasti!”
“Nggak!”
“Kamu mau kaburr!!”
“Oke, aku nggak punya uang sekarang. Aku juga nggak punya barang berharga yang bisa kamu ambil sebagai jaminan. Jadi bagaimana?” kasihan sekali dia.
“Bagaimana apanya? Kamu pikir aku akan kasihan padamu dan membiarkanmu pergi? Jangan harap!!”
“Lalu kau mau apa?”
“Kemarikan ponselmu” kaataku bernada perintah. Dan satu hal lagi… aku tidak suka memerintah siapapun. Aku benar-benar sudah gila.
“Aku tidak bawa”
“Kalau begitu nomormu!”
“Untuk apa?”
“Aku akan meneleponmu sampai ponselmu pecah kalau kau berusaha kaburr!!” dia menghela napas panjang lalu berpikir mengingat-ingat nomor ponselnya.
“OK!! 085360xxxxxx” akhirnya aku bisa dapat nomor hp-nya walau dengan cara licik.
“Sudah selesai. Karena kau kismin dan bau, serta tidak punya uang aku akan berbaik hati.” Ya ampun! Kenapa aku bisa mengeluarkan kata-kata jelek seperti itu?
“Kamu harus jadi pacarku, sekarang!!” tiba-tiba saja kata-kata ajaib itu meluncur dari bibirku. Gadis itu pasti sangat shock.
“Kamu gila ya!” tidak kusangka gadis menggemaskan seperti dia bisa teriak juga walaupun dengan suara seperti tikus yang berdecit meminta makan, itu membuatku tertawa sendiri dalam hati.
“Lalu kamu mau diapain? Aku nggak bisa jual kamu karena nggak akan ada orang yang mau. Udah pendek, kecil, dekil, ingusan lagi” hey… apa yang barusan kubilang.. berkebalikan dari yang seharusnya. Mulutku ini memang payah sekali.
“Jadinya kamu harus bersyukur, karena aku mau menerima kamu. Sekarang sana pergi!” lanjutku kemudian. Saat dia hendak pergi aku menahannya kembali dan menyambar jepit rambut Doraemon berwarna pink lembut yang sedari tadi bertengger di poni kriuknya. Sangat cantik.
“Ini sebagai jaminan, yahhh walaupun ini barang murahan tapi kau pasti sangat menyayanginya mengingat kau gadis kismin dan bau.” Dan aku langsung pergi dengan puas, benar-benar puas karena sudah berhasil menggenggamnya.. My Angel… namanya indah: Masha Angel, terpampang jelas di name tag-nya.
THANK U. THANK U. THANK U…
Udah baca cerpen sederhanaku. Makasih banget. Dan juga makasih buat yang udah setia nungguin kelanjutannya. Untuk menulis kita butuh dukungan, dan aku butuh banget dukungan dari segenap pembaca. Makanya add fbku yah Herlisa Cikis. kita bisa share bareng. Atau kita juga bisa ngobrol langsung (085242497303). Pengen ngoleksi temen…
C U…
Komentar
Posting Komentar